PART 2
Lalu, hujan akhir tahun
ini perlahan datang membisikkan. Hal yang paling kita hindari itu datang. Di
saat cinta sedang berada di puncak bahagianya. Saat kebahagiaan secara simultan
berganti perpisahan yang memuakkan. Mimpi buruk yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Maafkan aku sayang, orang tuaku menjodohkan aku dengan Tiara.
Kamu tampar aku dengan
keras dan sekuat tenaga. Apa maksudnya?
Di dalam kafe yang
hangat dengan irama derasnya hujan, jantungku berhenti berdetak, mataku nanar,
bibirku terbuka. Sayang, tolong lanjutkan kalimatmu, bilang, kalau kamu hanya
bergurau! Tolong…
Namun kamu hanya diam. Ada
gelisah dan kekecewaan di raut wajahmu. Apa artinya itu, kamu tidak dapat
menolak permintaan orang tuamu? Oh, tidak! Tolong jangan seperti ini, sayang. Aku
tidak mungkin membiarkan itu terjadi. Aku tidak mungkin bisa menerimanya. Tidak
akan bisa!
Lima menit, sepuluh
menit, kita hanya diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Kehabisan kata-kata.
Makanan enak di hadapan kita masing-masing terlihat seperti makanan basi yang
sangat busuk, tidak enak lagi dimakan. Pikiranku kacau. Aku tidak tahu harus
bagaimana. Entah di menit keberapa, aku memutuskan untuk melangkah pergi
meninggalkanmu sendirian. Maafkan aku! Aku butuh waktu untuk menenangkan diriku
sendiri. Aku butuh waktu menata hatiku yang terberai dengan keputusanmu itu,
maafkan aku belum mampu memberikan tatapan pilu padamu.
--
Tiara, gadis yang
diangkat anak oleh orang tuamu saat usianya tiga tahun. Gadis pemalu itu tumbuh
menjadi saudaramu selama ini. Di antara keluargamu, hanya Tiara yang kau
kenalkan padaku di awal hubungan kita. Kita sesekali mengikutsertakan Tiara
dalam momen-momen bahagia kita. Bagaimana mungkin aku akan mengkhawatirkannya
selama ini? Ternyata aku salah.
Tiga hari setelah kita
terakhir menyia-nyiakan makanan di kafe, kamu akhirnya datang menemuiku ke
rumah kontrakan sederhanaku. Wajah pilu dan pakaian yang kusut membuatku
mempersilahkanmu masuk dan duduk di ruang tamu. Sepuluh menit pertama kita
hanya diam, canggung. Sampai kemudian kamu membuka pembicaraan.
Maafkan aku, sayang. Sudah segala cara aku lakukan untuk meyakinkan
mama, papa, juga nenek, bahwa aku sudah memiliki kekasih, dan kita akan menikah
tahun depan, tetapi tidak ada yang mau mendengarkan aku. Ucapmu
Coba lagi! Kejarku.
Sudah sebulan ini, aku sampai merajuk tidak pulang, tetapi tidak dapat
merubah keputusan yang sudah diambil keluargaku.
Apa? satu bulan,
katamu? Sepintar itukah kamu menyembunyikan hal ini dariku, sehingga sebulan
belakangan aku tidak tahu kalau kamu menyimpannya dariku? Kenapa kamu baru
memberitahuku sekarang? Aku tidak kuasa menahan air mataku.
Obrolan panjang kita
sore itu, tidak memberikan harapan apa-apa padaku. Hanya keputusasaan yang
harus aku rasakan. Keluargamu sudah menyiapkan semuanya untuk pernikahanmu yang
ternyata tinggal dua minggu lagi. Aku tahu kamu mencintaiku, tapi… untuk apa? Kalau
kamu akhirnya tidak bersama-sama denganku? Entah mimpi buruk apa ini, aku harus
kehilangan sebelah sayapku. Aku tidak mampu lagi terbang sendiri.
Sebuah pesan kamu
kirimkan padaku malam hari, entah itu adalah sebuah harapan yang coba kamu
berikan padaku, atau adalah suara hatimu yang sebenarnya juga tak kuasa melawan
kehendak orang tuamu.
Cintaku,
Maafkan aku atas kenyataan yang membuatmu sakit
Maafkan aku atas keputusan yang tidak menyenangkan ini
Maafkan aku atas rencana masa depan yang indah kita harus tercoreng
Bukannya aku menerima keputusan ini karena tidak mencintaimu lagi,
tidak!
Aku akan selalu menyimpanmu dalam hatiku
Hanya kamu satu-satunya cinta yang menduduki hatiku
Ada janin dalam rahim Tiara yang membuat malu keluargaku
Aku berjanji, kalau anak itu kelak lahir, aku akan menceraikannya
Dan kembali padamu, untuk menjemput masa depan kita
Kamu bersabar ya, sayang…
Aku berjanji, tidak akan pernah menyentuhnya sedikitpun!
Bagaimana mungkin? Tiara bagaimanapun juga adalah adikku
Sekali lagi maafkan aku
Aku mencintaimu, sampai kapanpun!
air mataku, menetes kembali...
*bersambung⏩ PART 3
______________________________________________________________________________
* untuk tahu cerita sebelumnya, silahkan klik ➡ Part 1