Minggu, 14 Mei 2017

Dari aku

Dear...

Mungkin aku adalah manusia penakut nan berani. Aku harus berani mengalah, karena begitu takutnya aku dengan kata pisah. Aku harus berani tersakiti, karena sangat takut kamu pergi. Tahukah kamu soal itu?

Sejujurnya aku tidak pernah berharap kita bisa seperti ini, dulunya. Bertemu tidak sengaja untuk kemudian bisa dekat, sebenarnya tidak pernah terpikirkan. Karena kupikir aku bukan tipemu untuk bisa bersama-sama tersenyum. Tapi toh semesta seperti telah merancang pertemuan kita, dan mendukung kita untuk saling bergenggaman tangan.

Sampai hari ini, aku masih sering bingung dengan sikapmu padaku, kadang-kadang baik, kadang-kadang sangat menyebalkan. Oke, ini memang lumrah ada pada diri setiap orang, tetapi yang aku bingungkan, apakah masih tetap sayang, kalau memang akhir-akhir ini kamu sering memarahiku bahkan sampai membentakku? Apakah fatal setiap kesalahanku yang menyulutmu? Bosankah kamu padaku?

Bukannya aku baik-baik saja dengan semuanya. Aku hanya tidak ingin kita menjadi lebih buruk lagi kalau aku memilih melawan dan membela diri. Meskipun diam dan mengalah tidak membuatmu merasa bahwa aku adalah manusia sabar yang pantas kamu pertahankan.

Aku tahu, kamu yang aku kenal memang kaku selama ini. Tidak pernah bermanis-manis padaku, tidak pernah memujiku, kamu aneh kalau mengutarakan betapa kamu berterima kasih padaku. Karena telah mengerti sifatmu begitu, aku tidak pernah paksa dan menuntut kamu untuk lebih romantis lagi padaku. Dan selama ini kita bisa baik-baik saja dengan itu.

Tapi tidak kali ini. Beberapa waktu belakangan yang terasa berat bagiku. Tidak pernah lagi ada waktu untukku sekadar bercerita, oh.. Jangankan bercerita, berbicara denganmu saja sudah sangat sulit rasanya. Tidak pernah lagi kamu mau meluangkan waktumu untuk mengajak aku jalan-jalan sebentar sekadar melepas penat sehabis bekerja. Tidak pernah lagi aku melihat binar kekhawatiran dengan penuh kasih sayang ketika kukatakan bahwa aku sedang tidak enak badan.

Aku cukup tahu, bawa setiap kita pasti mengalami perubahan. Tidak, aku bukanlah orang yang menolak perubahan. Hanya saja, bukan berarti kamu yang kukenal baik dan ramah, bisa begitu drastis menjadi kasar dan temperamental, khususnya hanya padaku. Kulihat, ketika berhadapan dengan yang selain aku, kamu tetap baik dan ramah.

Besarkah kesalahanku? Kenapa kamu terlihat begitu tidak menyukaiku? Lupakah kamu, bahwa kita bersama bukan untuk ribut dan menebar aroma kekesalan? Aku masih bertahan hingga kini, hanya karena tidak sanggupnya aku mengulangi berpisah kembali denganmu. Aku berani tersakiti, karena tidak ingin ketakutanku yang dulu terulangi: kamu tinggal pergi.


-dari aku

0 komentar:

Posting Komentar