Selasa, 23 Februari 2021

Orang Asing yang Datang

 Hai..

Kamu yang sedari tadi duduk menekuri layar kecil yang sinarnya memantul di wajahmu, orang asing yang entah kenapa kini ada di satu ruangan bersamaku. Kutatap lamat-wajah yang di beberapa titiknya mulai tergaris kerutan halus bukti kerasnya hidup di masa lalu yang sudah kau lewati. Ah... Apakah masa depanmu kelak akan menjadi penambah kerutan di wajahmu, atau bisa mengubahnya menjadi sedikit terawat?

Tuan, beberapa waktu lalu kamu adalah orang asing bagiku. Datang entah dari mana dan untuk keperluan apa, mengetuk pintu dan mempersembahkan sebait senyuman. Hatiku yang sedang gersang hanya acuh dan membiarkanmu membuka obrolan dengan lelaki tua si pemilik rumah. Di dalam kamar aku masih asyik menulis surat cinta kesekian untuknya yang sudah 7 bulan kabur membawa mimpiku menjadi mataharinya.

Tuan, waktu begitu cepat memutar balik keadaan, bukan? Cangkir yang dingin bekas kecupan rindu telah kau basuh hingga luka yang basah perlahan mengering. Kau tata ia bersama piring yang kau olesi madu teman mengopi di petang yang hangat. 

Kamu si orang asing yang masih kuamati cara kerja otakmu, bagaimana kamu bisa tersesat di tandus rumahku? Dengan sabar memupuk dan menyiramnya setiap hari, repetisi yang katamu suatu saat akan menghasilkan madu. Ah... Kamu begitu suka dengan madu, Tuan.

Hai, kamu beralih menatap mataku. Layar ponsel sudah mati. Tanganmu berpindah meyentuh jemariku. Tatapanmu masih penuh binar dengan senyuman yang kembali membhat garis halus di setiap titik wajahmu. Jemariku mulai kau genggam hangat. detik setelahnya dadaku berdebar dan badanku dingin. Kamu ini apa? Kenapa bisa mengaliri hangat dan dingin bersamaan? 

Bibirmu kemudian berkata kalimat sederhana yang tanpa basa basi namun tegas. 

Tuan, sampai hari ini pun kita masih saling belajar, mencoba mengenal lebih dalam, menyatukan bawel dan usil, menyelaraskan perbedaan budaya, berusaha bahagia dan membahagiakan.

Aku berharap, kerutan masa lalumu tidak bertambah karena tingkahku yang memusingkan. Biarlah ia tampak setiap kali kita menertawakan hidup dan takdir yang tsrkadang lucu ini. Izinkan aku membersamaimu hingga ending yang bahagia.



0 komentar:

Posting Komentar