Senin, 08 Agustus 2016

Sesaat

kita bertemu baru saja. di ambang senja yang mendung, tanpa kehangatan semburat jingga.
kita berpisah baru saja. saat kegelapan dan dentingan suara tetes-tetes air hujan mulai mencuat.
kita bertemu ketika ingin bertemu, dan berpisah dengan terpaksa. bukan karena keinginan. ya, dipaksa keadaan.
...
saat itulah kulihat sinar ceria matamu yang pertama kali kulihat saat kita bertemu meredup.
pipimu, membulat karena tidak suka dengan perpisahan ini. ingin rasanya jemariku membelai lembut pipimu. tapi aku terlalu malu dengan lingkungan.
"kita akan bertemu lagi, nanti, kan?" rajukmu.
aku mengangguk ragu. takut berkata "tidak" demi tak melihat lagi embun di pipimu. sudah cukup rasanya kamu menunggu kesempatan untuk bertemu aku, sudah terlalu banyak air mata yang kau keluarkan untukku. aku tak ingin menambahkannya lagi. namun, untuk berjanji pun, aku terlalu takut.
"hujan, nanti kamu demam. mari kita pulang dulu." hanya itu yang mampu aku utarakan demi melihatmu melangkahkan kaki yang berat itu.
kita berjalan bersisian hanya sepuluh langkah saja, setelah itu, di persimpangan kita berpisah. kamu berbelok ke arah kiri, aku ke kanan.
aku takut menoleh ke belakang, meskipun sangat ingin. namun, aku tak sanggup melihatmu menangis lagi.
*

5 komentar: