Minggu, 30 April 2017

Keentahan

Ada keentahan yang membuat rasa gelisah tidak bisa kusimpan rapi sendiri dalam sanubari. Rasanya ia ingin keluar, tumpah ruah bersama deguban jantung yang semakin kacau. Ah.. Kenapa aku harus menanti? Padahal seharusnya tidak ada yang ditunggu. Namun serapi apapun kucoba tata kembali resah ini, tetap saja ia memang tidak baik-baik saja. Gelisah tidak tenang.

Ah... Kenapa seperti ada yang kurang kalau hal biasa yang kulakukan tiap hari, kini tidak seperti dulu lagi? Tidak ada yang benar-benar pergi sebenarnya. Hanya saja, sesuatu yang dari dulu sudah menjadi kebiasaan, kesukaan, yang menyamankan kualami dan kudapati setiap hari, tiba-tiba berganti sudah tidak lagi.

Ada keentahan, ketika rasa yang hilang ini tidak bisa terungkapkan dengan hati-hati. Jauh dari lingkungan familiar bukan hal yang mudah, melepaskan keterikatan dengan orang tersayang bukan perkara gampang.

Setelah debar yang entah keberapa, aku masih saja terdiam, berpikir mungkin rasa ini hadir karena 'kebiasaan' yang sudah tercipta dulu, yang kini tidak terjadi lagi. Tentang cerita-cerita yang setiap hari kudapati, tentang keceriaan yang hinggap disetiap nada-nada mulai berbunyi, tentang pengharapan yang secara tidak sengaja kutitipkan dalam hati.

Minggu, 23 April 2017

Hey!

Hey!
Mungkin kita tidak sedang berada di suasana yang sama saat ini. Aku dengan kekhawatiranku, kamu dengan kesibukanmu (sehingga tak sempat untuk merasakan kekhawatiran).
Bilamana kesibukan adalah mata pencaharianmu, maka khawatir adalah selimut di tidurku. Tapi tenanglah, bukan khawatir ini membawaku menjadi buruk. Justru, ia akan membawaku semakin sering lagi berdoa padaNya untukmu. Ya, tentu saja untukmu, yang mungkin, karena kesibukanmu, jangankan untuk mendoakanku, bahkan mengingatku saja mungkin tidak. Tak apa. Kita sudah berada di porsi kita masing-masing. Tinggal kita jalani saja peran, apakah sebagai perindu, atau sebagai yang menghilang dan mengabaikan.

Hey!
Aku tidak apa-apa di sini. Hanya sedikit merasa sepi. Tapi semoga ini tidak berlangsung lama. Sebentar lagi juga aku akan lupa, atau mulai terbiasa. Jadi tidak perlu memaksakan diri berobah menjadi peduli. Justru itu akan asing sekali. Akan terlihat, itu bukanlah kamu yang hanya 'kan membuatku risih.

Hey!
Memang kita masih di negeri yang sama meski beda kota. Semoga suatu ketika, ada kebaikan semesta yang menemukan jalan kita kembali bersua, meski tidak untuk bersama.

Jumat, 07 April 2017

Tersentak Dini Hari

Aku tersentak. Sekilas nampak jam dinding menunjukkan pukul tiga dini hari
Masih meraba-raba perihal mimpi barusan
Apakah kamu masih menghantui, Ataukah aku yang tak pernah benar-benar beranjak pergi?

Malam ini aku sadari, -lagi. Bahwa aku memang benar-benar sendiri. Tergopoh menanggung rindu dan luka tanpa teman sepenanggungan. Tanpa kamu. Tanpa dekap yang dulu membuatku tenang saat menggigil kedinginan. Tanpa teduh wajahmu yang menenangkan saat kepalaku begitu sesak dengan sepi dan kebosanan.

Sudah berapa lama hingga kini? Rasanya baru kemarin kamu pergi, membawa koper dengan terseok sambil melangkah hati-hati sekali. mungkin yang dalam pikiranmu saat itu, rasa sakitnya akan berkurang dengan melangkah hati-hati. Sembari menatap punggungmu, mataku yang sudah sembab, enggan untuk tak membasah. Entah air mataku akan kering setelah itu, aku tidak peduli. Pokoknya hanya air mata rasanya yang bisa mengerti, bagaimana perihnya kehilangan karena ditinggal pergi.

Apakah hingga kini, kamu masih tetap menghantui, Ataukah aku yang tak pernah benar-benar pergi?
Hingga hadirnya mimpi, kembali membawaku menikmati hangatnya kehadiranmu kembali mengisi cerita-cerita di setiap lembaran hari-hariku beberapa saat ini.