Senin, 25 Juli 2016

Kesalahanku

sudah  empat puluh delapan hari semenjak kita bertemu untuk pertama kali setelah setahun lamanya berpisah. Ada rindu yang hanya kubungkus dalam kulum senyumku. Entah kenapa meski sudah tiga tahun lamanya semenjak kita pertama kali bertemu dahulu, aku masih setia menyimpan saja rasaku padamu.
Takut? Mungkin lebih tepatnya aku malu. Malu, bagaimana mungkin seorang gadis lugu memulai pembicaraan terlebih dahulu?

Kalau semesta mengetahui kemampuanku menyimpan beban rasa padamu selama tiga tahun ini, mungkin aku akan memperoleh penghargaan karenanya. Memendam tanpa berani menguak kebenaran yang ada. Menjaga hati seolah-olah ia adalah milikmu saja.

Ah... Aku merindukan empat puluh delapan hari belakangan. Kala kutangkap kau tengah menatap ke arahku cukup lama. Tapi bodohnya aku hanya menunduk dan membuang muka. Takut, malu, aku jadi membuang kesempatan untuk hanya sekadar melempar senyum terbaikku padamu. Aku rindu kala berhadapan denganmu. Bukan berjauhan seperti ini. Sayangnya aku tak punya mesin waktu. Itu artinya, aku tidak akan bisa menjemput kesalahanku di masa itu, hingga kini aku menyesal. Iya, andai saja kala matamu mengekoriku, aku ikut menatapmu, memberi senyum, lalu menyapa dengan hangat. Mungkin kita akan akrab, dan bukan tidak mungkin aku akan mengutarakan maksudku padamu. Ahh...

Hari ini, lelaki yang tak kukenal akan datang ke rumahku untuk bertemu orang tuaku. Kamu tau artinya? Ya, aku takut untuk mengatakannya. Aku tak sanggup membayangkannya. Terlebih, aku tak punya daya menolak orang tuaku. Orang tuaku sudah memberiku waktu tiga tahun untuk mencari sendiri dan membawanya kepada orang tuaku, dan aku sudah menemukannya sejak tiga tahun lalu.  Itu kamu. Tapi... Ah sudahlah... Usiaku 30 tahun di tahun ini, dan orang tuaku semakin renta, aku hanya tidak ingin menambah-nambah beban pikiran mereka di usianya sekarang.

Maafkan aku yang tidak pernah bisa jujur padamu tentang apa yang sudah aku sembunyikan selama tiga tahun ini. Ini kesalahan terbesar dalam hidupku. Dan kini, tinggal menunggu waktu hingga aku harus melepaskan bayang-bayang bersamamuu. Melupakan keinginan membina keluarga denganmu. Aku pasrah.

6 komentar: