Minggu, 11 Desember 2022

Aku Menyerah, Kehilanganmu

 Aku sudah teramat sering mendengar janjimu. “Aku tidak akan pernah”, katamu.

Di lain waktu, kamu bilang, “Aku akan selalu”. Atau kamu juga berikrar, “Pokoknya cuma kamu”.

Jujur, aku selalu takut setiap kali mendengar rentetan kalimatmu itu. 

Mungkin, di saat kamu mengucapkannya, kamu memang sedang sangat yakin, kamu percaya diri.

Tetapi, alangkah bodohnya kita, aku dan kamu. Kita tidak pernah membayangkan apa yang akan terjadi di hari esok, bulan depan, atau tahun depan. Sungguh sangat mungkin hati kita berubah, sungguh sangat bisa bertukar arah.

Dan tentu, sudah seringkali kamu meninggalkanku tanpa aba-aba, untuk waktu yang cukup membuat tamanku kering. Kemudian, kamu akan datang kembali dengan biasa, seolah-olah tidak ada apa-apa sebelumnya, seolah-olah hari sebelumnya berjalan normal. Sering terjadi. 


Berkali-kali juga aku ingin mengakhiri, menyerah sampai di sini. Berkali-kali kamu datang dengan harapan dan membuatku mencoba lagi.


Sungguh sering terjadi. Dan sekarang terjadi Kembali.


Aku Lelah, masih merasa kita ada kesempatan, dengan semua khayalan gila. Namun ternyata tak nampak kemungkinan kita bersua dan bisa bersama. Aku tidak menemukan masa depan yang kamu ceritakan. Ditambah kamu yang sering pergi tiba-tiba mengacuhkanku. Rasanya kalau selalu begini, tidak akan pernah ada ujungnya. Aku Lelah menerka-nerka. Aku Lelah terlalu sering ditinggal tiba-tiba. Aku menyerah sajalah, kehilanganmu.


Wahai… Kamu, kehilangan terpahitku. Dan walaupun aku tau ini tidak abadi nanti, tapi kali ini aku akan bilang, untuk selamanya.