PART 3
Sayang, sudah sebulan rumah tanggamu. Kamu apa kabar?
Rasanya sulit untuk
hidup tanpa kamu. Menjalani hari-hari —yang
biasanya kita lewati berdua, sendiri. Tuhan memberikan jalan pulang untuk
rinduku yang kesepian. Dan aku tak pernah menyangka, bahwa jalan menuju pulang
ternyata akan sesulit ini.
Kemarin, aku tidak
sengaja melihat adikmu, maksudku istrimu di toko buku. Entahlah, kenapa kejam
sekali takdir harus mempertemukan kami? Aku berdiri kaku melihatnya yang tengah
tersenyum membaca sebuah komik. Rasanya ada getir di dadaku melihatnya begitu
bahagia. Begitukah kamu? Bahagia jugakah kamu? Kupikir, dengan berpura-pura
tidak melihatnya, tidak akan terjadi interaksi di antara kami. Namun aku salah,
Tiara melihatku dan memanggil namaku. Rasanya, aku ingin menghentikan waktu
beberapa detik saja, untuk bisa kabur dari situ secepatnya. Aku hanya
menatapnya datar membalas senyumannya yang tidak pernah berubah, seperti tiga
tahun lalu kami berkenalan. Tidak banyak yang terjadi, Tiara hanya bertanya
kabarku dan kegiatanku sekarang yang kujawab sekadarnya, kemudian aku memilih
menjauh.
Entahlah. Entah apa
yang dipikirkan Tiara saat pertama kali melihatku sampai ia memilih untuk
menegurku, bahkan sampai menanyakan kabar dan kegiatanku saat ini. Aku ingin
membencinya karena telah mengambil masa depanku, tapi aku tidak bisa
melakukannya. Bagaimanapun juga, aku yakin ini semua bukan keinginan Tiara.
Lagi pula, selama ini aku sudah menyayangi Tiara seperti adikku sendiri.
Canggung rasanya kalau harus kupaksa hatiku untuk membencinya.
Sayang, aku kangen
kamu. Tidakkah kamu juga merasakan hal yang sama? Atau kamu marah padaku yang
selalu menolak untuk bertemu? Dingin menyentuh kulitku yang terluka karena
kehilangan dengan salam perpisahan ini. Kuselimuti kulitku dengan ngilu yang
kupaksakan dari senyuman begitu melihat namamu muncul di layar ponselku. Hallo…
Sore ini akhirnya kita
bertemu kembali. Ternyata aku memang tidak sanggup untuk berlama-lama tidak
melihat masa depanku yang masih kutitipkan di binar matamu, aku ingin
melihatnya lagi kali ini, masihkah ada harapan di sana tertinggal untukku?
Kamu kurusan. Kesan pertama
setelah sekian lama kita tidak bersua. Binar lelah juga terpancar dari sorot
matamu yang meredup. Apa artinya itu, selama ini kamu tidak bahagia, sayang? Maafkan
aku harus menatapmu pilu. Aku tidak tega melihat tubuh di hadapanku dengan
kondisi seperti ini. Rasanya ada serpihan yang tertancap di tubuhku, ada debu
yang menghinggapi mataku, hingga aku tak kuasa menahan linangan di mataku.
Aku tidak baik-baik saja. Entah apakah ini adalah hukuman bagiku karena
telah menyakitimu, atau hukuman lain dari kesalahanku yang tidak kusadari. Aku tidak
bahagia. Aku ingin mengakhiri ini semua. Aku tidak bisa jauh darimu. Setiap hari
mimpi denganmu selalu menyesaki pijakan-pijakan kakiku. Aku tidak bisa
melangkah tanpa menghadirimu di setiap helaan napasku. Berkali aku coba
menerima takdirku hari ini, namun ada saja suara-suara yang menyorakiku, mengingatkan
akan kamu yang tengah terluka dengan hadirnya Tiara di sampingku. Aku bersalah
padamu, sayang. Maafkan aku sampai detik ini masih terus memberikan harapan,
namun aku tak tahu dengan cara apa kuwujudkan keinginan itu.
Kita sudah sama-sama
membasahi mata kita. Aku merasakan perihnya jalan hidupmu. Ternyata selama ini
aku terlalu egois memikirkan takdirku yang ditinggalkan olehmu. Padahal kamu
sendiri yang lebih menderita, harus hidup dengan orang lain yang tidak pernah
diduga sebelumnya, di samping masih terus memikirkan aku yang kau tinggalkan.
Bagaimana dengan Tiara?
Ia sepertinya sedang berusaha menjadi istri yang baik. Setiap hari ia
melayani kebutuhanku, meskipun aku selalu bersikap dingin padanya.
Suaramu tercekat. Kamu pasti
merasa tidak enak menceritakan ketidakenakanmu pada usaha Tiara mencoba
menjalani takdirnya saat ini. Aku tahu, di satu sisi kamu pasti mulai ingin
pasrah dan menerima takdirmu saat ini sebagai suami Tiara, menghargai usahanya
yang sudah memberikan yang terbaik untuk rumah tangga kalian. Namun di sisi
lain, kamu sudah punya janji denganku.
Lantas aku? Aku harus
bagaimana? Ikhlaskan atau perjuangkan?
what?! kamu mengalaminya atau mendalaminya?
BalasHapusikhlaskan. kebahagian dengan mendepak bahagia yang lain bukanlah kebahagian.
Cerita fiksi neng 😂
Hapus