Sepakatkah kamu
Bahwa...
Rindu adalah hujan
Datang menyerang, tanpa perlu persetujuan
Dentingan di atapnya menyanyikan nada sunyi
Dingin yang mendatangkan hawa sepi
Tiba-tiba menyusupi hati
Aroma tanah basah pembawa nuansa
Kenangan memantul di permukaannya
Tentang keberadaanmu, kisah lama
Rindu adalah hujan
Merintik, melebat, membuat genangan...
Dan kau hujan, datang sendiri di malam kelam
Dalam diam
Akulah genangan air
Menantikan rintikmu..
Bergenggaman dalam tempias hujan
Kamis, 27 Oktober 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
gue gak terlalu ngerti puisi tapi paling suka di bagian akhir nih:
BalasHapusAkulah genangan air
Menantikan rintikmu..
Bergenggaman dalam tempias hujan
pesan rindunya dapet banget di bagian ini. bagus. :D
Gue juga ga gitu ngerti laki-laki *eh
HapusThanks Yog, btw :))
Wah kata-katanya agak-agak multi-tafsir. Tapi yang bisa saya simpulkan, puisi ini menggambarkan seseorang yang sedang teringat dengan masa lalu. Dengan kata lain, dia sedang bernostalgia.
BalasHapusKayaknya gitu kak, hehee
HapusTeringat dengan kenangan masa lalu yg buat rindunya merintik
Air yang lembut, jadi perumpama rindu.
BalasHapusBagus :)
Karena rindu juga bagian dari kelembutan, bak air, rindu membasuh kenangan..
Hapusah, ceritanya sukses menghantarkanku untuk merindukan!
BalasHapusrindu bukanah sebuah dosa.. maka merindulah :)
Hapus"dan kau hujan, datang sendiri di malam kelam"
BalasHapusndeh... kalimatnya :(
ojok baper-baper mbak'e :p
Hapusdan aku, suka bagian akhirnya...
BalasHapusdapet banget rindunya!
iya kan!
Hapusjadii rindu lagi, gara-gara kamu komen, aku baca lagi :(