Senin, 14 November 2022

Nyatanya, Bukan Aku

Kita bertemu, sudah semenjak lama merentang kisah. Meski kita tidak pernah benar-benar bertemu; kamu di sana dan aku di sini. Bagaimana rupamu pun aku masih abu-abu, samar.

Ajaib bukan? Wanita lugu ini sebegitu percayanya bahwa sinar yang kau nyalakan di kala temaram senja itu adalah sebuah pengorbanan atas nama cinta.

Padahal, sebenarnya tentu aku bisa menghidupkan sendiri lentera itu. Atau dalam artian lain, lentera hanya sekadar penerang, semestinya tidak perlulah aku berlebihan mengartikan pengorbanan cintamu kau jadikan penerangku. Bukan begitu.

Atau, mungkinkah keraguanku selama ini benar? Bahwa aku hanya terlalu berharap kau menghadiahiku cahaya cinta dalam setiap ketikan kalimatmu padaku.

Sejujurnya aku pernah mencoba. Memaknai dengan logika. Tetapi mungkinkah asaku akanmu teramat besar, sehingga mataku terbutakan dengan kenyataan.

Kenyataan bahwa aku bukanlah bintang malammu, seperti yang selalu kau tuliskan dalam beberapa baitmu.

Yang selalu kau prioritaskan untuk menghabiskan sisa umurmu, nyatanya bukan aku.

0 komentar:

Posting Komentar