Senin, 25 Juli 2016

Waktuku

Waktuku

Aku banyak menghabiskan waktu dengan melarikan diri. Menonton film dari bangun tidur sampai tidur lagi, bahkan sampai lupa makan. Mengunjungi tempat-tempat yang mungkin bisa menghibur, atau tidur sepanjang hari demi membuang masa.

Sesekali Mendengarkan lagu yang liriknya sama sekali tak kumengerti, mengangguk-anggukkan kepala seolah menikmati. Berpura-pura.

Sisa hari, saat sinar layar laptop dan ponsel sudah terlalu banyak menyakiti mata, atau alunan nada-nada telah berubah menjadi denging yang memekakkan telinga, aku akan berbaring di lantai kamarku, menatap langit-langit, menangis.

Menganggap bahwa semesta tahu semua yang kurasakan sekaligus merasa tak ada siapapun atau apapun yang mampu memahami apa yang kurasakan. Berkelahi dengan diri sendiri di antara dua pilihan takut untuk menyalahkan atau disalahkan.

Aku sering memikirkan banyak hal yang membahagiakan. Berharap ketakutan akan lekas-lekas pergi dan membiarkan kehangatan kenang menelusup ke dalam jiwa, tapi anehnya, semakin teringat banyak hal membahagiakan yang telah kulewati selama ini, makin kuat rasa menyalahkan bersarang di dada.

Aku sering memaki diriku sendiri dalam kepalaku. Dengan penuh air mata dan kemarahan, aku menampar, menerjang. Beratus kali. Hingga membuatku yang tertampar melemah. Yang ujung-ujungnya kembali mengeluarkan air mata.

Entah bagaimana lagi aku menahan sesak di dada ini. Tiap detik yang berharga tetap terbuang percuma hanya karena kecemasan yang ditimbulkan karenanya. Rasanya, aku ingin menyerah tapi takut disalahkan. Untuk tetap berjuang, aku malah menyalahkan diriku sendiri yang ternyata tak mampu melakukan.

“Kenapa kamu begituu tolol untuk berjuang? Kamu mau disalahkan dengan hanya diam?”

Kemudian hening.


Sekali lagi kubiarkan kesedihan merayakan dirinya sendiri di langit-langit kamarku. Menguap.

4 komentar: