Waktuku
Aku banyak menghabiskan waktu dengan melarikan diri. Menonton film dari
bangun tidur sampai tidur lagi, bahkan sampai lupa makan. Mengunjungi
tempat-tempat yang mungkin bisa menghibur, atau tidur sepanjang hari demi
membuang masa.
Sesekali Mendengarkan lagu yang liriknya sama sekali tak
kumengerti, mengangguk-anggukkan kepala seolah menikmati. Berpura-pura.
Sisa hari, saat sinar layar laptop dan ponsel sudah terlalu banyak
menyakiti mata, atau alunan nada-nada telah berubah menjadi denging yang
memekakkan telinga, aku akan berbaring di lantai kamarku, menatap
langit-langit, menangis.
Menganggap bahwa semesta tahu semua yang kurasakan sekaligus merasa tak
ada siapapun atau apapun yang mampu memahami apa yang kurasakan. Berkelahi
dengan diri sendiri di antara dua pilihan takut untuk menyalahkan
atau disalahkan.
Aku sering memikirkan banyak hal yang membahagiakan. Berharap ketakutan akan lekas-lekas pergi dan
membiarkan kehangatan kenang menelusup ke dalam jiwa, tapi anehnya, semakin
teringat banyak hal membahagiakan yang telah kulewati
selama ini, makin kuat rasa menyalahkan bersarang di dada.
Aku sering memaki diriku sendiri dalam kepalaku. Dengan
penuh air mata dan kemarahan, aku menampar, menerjang. Beratus kali. Hingga membuatku
yang tertampar melemah. Yang ujung-ujungnya kembali mengeluarkan air mata.
Entah bagaimana lagi aku menahan sesak di dada ini. Tiap
detik yang berharga tetap terbuang percuma hanya karena kecemasan yang
ditimbulkan karenanya. Rasanya, aku ingin menyerah tapi takut disalahkan. Untuk
tetap berjuang, aku malah menyalahkan diriku sendiri yang ternyata tak mampu
melakukan.
“Kenapa kamu begituu tolol untuk berjuang? Kamu mau
disalahkan dengan hanya diam?”
Kemudian hening.
Sekali lagi kubiarkan kesedihan merayakan dirinya
sendiri di langit-langit kamarku. Menguap.
jangan risau kawan... nanti kita bantu
BalasHapus:)
Hapusterima kasih
semangat suiiiik!
BalasHapusiyooo... huhuhu :'(
Hapus